Metrotvnews.com, Jakarta: Buku adalah jendela dunia. Dengan membaca buku, wawasan dan ilmu pengetahuan seseorang akan bertambah. Tak hanya itu, buku juga menjadi sarana hiburan dan meningkatkan daya imajinasi terlebih untuk anak-anak. Sayangnya, akses memperoleh buku berkualitas belum dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia, terutama mereka yang tinggal di pedalaman.
Ketersediaan buku dengan harga terjangkau, kelengkapan buku di perpustakaan, keterbatasan jumlah perpustakaan yang tersedia di satu wilayah, serta rendahnya daya beli masyarakat, membuat bagi sebagian kalangan masyarakat akses terhadap buku sulit dijangkau.
Beberapa faktor tersebut turut berkontribusi pada rendahnya minat membaca buku masyarakat Indonesia. Sebuah survei yang dilakukan Central Connecticut State University di New Britain yang bekerja sama dengan sejumlah peneliti sosial tahun 2015, menempatkan Indonesia pada peringkat 60 dari 61 negara. Artinya, Indonesia berada pada peringkat kedua terbawah dalam hal minat baca.
Survei yang dilakukan dalam rentang 2004 hingga 2014 ini memperlihatkan bahwa Indonesia hanya unggul dari Botswana yang berada di posisi 61. Sementara, Thailand satu tingkat di atas Indonesia, yakni pada ranking ke-59.
Posisi teratas ditempati Finlandia, disusul Norwegia, Islandia, Denmark, Swedia. Di posisi ke tujuh ditempati Amerika Serikat, yang hampir sama dengan Kanada, Perancis, dan Inggris.
Beberapa survei lain pun menunjukkan rendahnya kegemaran membaca buku rakyat negeri ini. Data yang dilansir The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menunjukkan bahwa budaya membaca masyarakat Indonesia berada pada peringkat terendah di antara 52 negara di Asia.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan The United Nation of Education Social and Cultural (UNESCO) ) pada 2012, jumlah masyarakat yang memiliki minat baca hanya 1:1.000. Itu artinya, bila dihitung dari seribu penduduk Indonesia, hanya satu orang yang memiliki minat baca.
Melihat data tersebut, sangat memprihatinkan. Bangsa ini yang sudah merdeka dari penjajah selama 71 tahun, nyatanya belum benar-benar 'merdeka' dalam hal mengakses buku. Padahal untuk menjadi bangsa yang besar, salah satu faktor pendukungnya ialah berawal dari budaya literasi yang kuat pada anak bangsa.
Menurut Duta Baca 2011-2015, Andy F Noya, faktor mahalnya harga buku membuat masyarakat berpikir ulang saat hendak membeli buku. Di satu sisi, harga buku mahal, dan di sisi lain masyarakat di daerah makin kesulitan mendapat buku karena tak semua daerah memiliki perpustakaan umum yang memadai.
"Sebagian masyarakat masih harus memilih. Antara harus makan hari ini, atau harus menyisihkan uang untuk membeli buku. Kalau pun bisa menabung, belum tentu ada akses untuk mendapatkan buku yang berkualitas," ujar Andy F Noya dalam wawancara dengan Metrotvnews.com, beberapa waktu lalu.
Perlu ada upaya bersama dari masyarakat dan pemerintah untuk menumbuhkan minat baca buku pada generasi bangsa. Karena ini jadi tanggung jawab bersama. Hal ini bisa dimulai dengan memberikan kemudahan akses terhadap buku, yang diharapkan dapat menumbuhkan kegemaran membaca. Hal itu bisa dimulai dari diri kita sendiri dan lingkungan terdekat.
Ayo, mulai biasakan membaca buku dengan berkunjung ke perpustakaan. Di perpustakaan tersedia beragam buku yang akan menambah wawasan dan pengetahuan. #LebihBaik membaca buku karena selain menambah pengetahuan, dengan membaca dapat membantu menggapai masa depan yang lebih baik, dan menambah kecerdasan akal pikiran.
(ROS)
Meski gerakan #BukuUntukIndonesia baru digaungkan pada Maret 2017, animo masyarakat cukup tinggi.
Perpustakaan di SDN 48 Manado bisa dibilang tidak terlalu layak. Daya tampungnya pun tidak banyak.
Para pesepakbola membutuhkan inspirasi yang memotivasinya agar tampil lebih baik.
Hillary Clinton menceritakan tentang kebiasaan membaca buku yang sudah ditanamkannya sejak kecil.
Komitmen tersebut dibuktikan melalui Aksi Berbagi #BukuUntukIndonesia.
Banyak membaca buku membuat seseorang kaya wawasan dan kosakata dalam setiap tutur berbicaranya.
Kekurangan stok buku di perpustakaan sekolah menjadi kendala tersendiri dalam meningkatkan minat baca siswa.
Perlu pendekatan khusus untuk bisa membujuk anak didik menumbuhkan kecintaan terhadap buku.
Seorang siswa kelas 6 SD di SDN Gadingrejo 7, Lampung, prihatin dengan minat baca yang rendah karena kehadiran gadget.
Selain rutin mengikuti sesi latihan dan menghadapi padatnya jadwal pertandingan, beberapa pemain bola top dunia menyisihkan waktun…
Maqdir menyebut, tak ada saksi yang menyebut Novanto menerima uang.