Metrotvnews.com, Jakarta: Iklim industri musik mengalami perubahan signifikan seiring dengan perkembangan internet dan ponsel cerdas. Para pelaku industri pun harus putar otak untuk bertahan.
Label rekaman Gema Nada Pertiwi, yang mengkhususkan diri pada genre tradisional dan lagu anak-anak juga mencoba beradaptasi. Sejak beberapa tahun lalu mereka mulai menjual lagu di berbagai layanan musik nonfisik seperti iTunes, Nokia Mix Radio, Melon, dan Langit Musik.
Menurut Direktur label rekaman Gema Nada Pertiwi (GNP), Djakawinata Susilo, penjualannya lumayan. Dia enggan menyebut angka, namun katanya penjualan di 2014, naik dua kali lipat dari penjualan tahun sebelumnya.(KLIK: Keroncong Campur Jazz, Idealisme dan Industri)
Penurunan yang terasa justru dari penjualan album fisik. Djaka enggan merinci, namun, kaset , CD, VCD dan DVD masih dikeluarkan ke pasar untuk mencoba mengambil ceruk-ceruk yang tersisa. Pasarnya, masih ada, meski ada segmen pasar yang sulit ditembus.
Djakawinata bercerita tentang ‘mental gratis’ di kalangan remaja yang menurutnya membuat industri musik, khususnya penjualan album fisik mengalami kelesuan. Dia juga mengulas nasib kaset di ambang kepunahan.
Apa yang paling menarik untuk dibahas dari lesunya industri musik saat ini?
Ada pasar yang bolong di usia anak sekolah. Pada masa jayanya akhir 1990-an, toko musik penuh dengan anak SMP, SMA dan anak kuliah. Dulu, Aquarius Mahakam (Jakarta), banyak sekolah di sana, juga seperti itu situasinya. Dulu kalau zamannya saya nongkrong, pulang kuliah di Bandung, toko musik penuh sama anak sekolah.
Sekarang, era Mp3, anak sekarang, siapa sih masih pake CD player. Mereka tinggal dengar musik dari ponsel. Kalau ada lagu baru, mereka saling bagi dengan bluetooth . Beda pola konsumsinya. Mungkin mereka berpikir lebih baik uangnya buat beli pulsa atau jajan. Ini yang saya bilang menciptakan pasar yang kosong.Anak umur segitu tidak beli CD.
Di Kota besar, orang berusia 30-40 yang penghasilannya cukup masih ke toko CD. Beda di daerah, yang laku VCD 10 ribu-an. Ini kan harganya murah mendekati dengan yang bajakan. Memang marjinnya kecil banget sih. Jadi pasarnya di level atas dan bawah. Untuk anak pelajar dan kuliah marketnya kosong.
Makanya kami berusaha mengedukasi, agar ‘mental gratisan’ itu tidak berkembang. Bayangkan kalau mental gratisan itu mereka bawa sampai dewasa, musisi dan artis makan dari mana. Padahal mereka keluar keringat untuk berkarya.
Bagaimana sih ceritanya industri musik tumbuh di Indonesia di 20-30 tahun ke belakang?
Sebelum 1989 atau 1990, orang menggandakan kaset lagu barat tanpa lisensi. Karena tidak ada yang tahu soal perizinan, pemerintah pun begitu. Saat Bob Geldof ke Indonesia, dia kaget, lagunya untuk amal kelaparan di Afrika, ternyata banyak dibajak di sini. Sejak itu, mulai banyak lisensi masuk seperti Sony, Warner Music, EMI untuk peredaran kaset musik barat di Indonesia.
Sekarang soal nasib kaset bagaimana?
Membajak kaset itu susah. Hasilnya enggak akan sama dengan yang asli. Hasil pabrik dengan rumahan berbeda. Karena sedikit saja melenceng, pita dan head-nya, saat merekam, hasilnya pasti tidak sebagus kalau buatan pabrik. Ongkos error-nya besar. Jadi pembajakan enggak terlalu laku. (KLIK: Toko Kaset di Samping Gerbang Tol Ciledug)
Zaman CD lain lagi, yang palsu dan yang asli, saat pertama diputar enggak ada bedanya. Itu makanya, zaman kaset, penghargaan itu diberikan kepada album-album yang terjual hingga jutaan kopi, kalau CD paling ribuan kopi sudah dapat penghargaan.
Tahun 2000-awal kaset masih laku juga karena mobil-mobil baru masih pakai tape kaset, angkot juga begitu. Sekarang angkot, juga enggak pakai CD, mereka pakai flashdisk untuk putar musik. (KLIK: Sore Luncurkan Mini Album Format Kaset)
GNP masih jual kaset?
Sejak 2011, untuk rilisan baru tidak. Tetapi untuk lagu-lagu lama, masih. Secara pasar sudah tidak pas angkanya. Kan sekali cetak harus ribuan. Itu berat. Pasarnya sudah tidak ada. Kalau produksi ratusan masih bisa.(KLIK: Oke Mana, Piringan Hitam, CD, Kaset, atau Mp3.
Kenapa untuk yang lama kaset masih ada? Saya jalan ke pengecer-pengecer, di luar Jakarta, mereka minta kaset jangan dimatiin, masih ada yang cari. (KLIK: Digilas Musik Digital, Kaset Tetap Diminati)
Kaset masih bisa bertahan?
Memang yang terakhir ada dua pabrik kaset. HDX di daerah Daan Mogot sudah tutup. Yang terakhir PT Panggung di daerah Sunter, Jakarta utara, sekitar beberapa pekan lalu mengumumkan sudah tutup. Tetapi saya tanya mereka masih menerima pesananan, tetapi mesinnya sudah dikirim ke Surabaya. Masih bisa produksi kaset, tapi saya jadi harus ngitung-ngitung lagi, karena ada ongkos kirim yang bertambah.
Tetapi ngomong soal kaset, itu industri yang sudah mendekati usia akhir. Saya kira 2-3 tahun lagi habis.
(FIT)
Bermusik, berkarya dan berkesenian menjadi pengisi waktu Mohammad Istiqamah Djamad setelah lepas dari band Payung Teduh.
Belum lama ini, Medcom.id mendapat kesempatan untuk ngobrol dengan Ananda Sukarlan terkait pandangannya mengenai informasi di era …
Ada yang setuju ponsel dilarang digunakan saat konser, tapi ada juga yang memaklumi penggunaan ponsel karena untuk mengabadikan mo…
Jauh sebelum Yockie, personel Koes Plus, Yon Koeswoyo semasa hidupnya pernah mengalami fase yang sama. Yon kesulitan membayar peng…
Selama 22 tahun berkarya, Sheila On 7 bukan saja matang secara musikalitas, namun juga secara mental sebagai sebuah grup musik.
Pelan-pelan menggeretak warna musik Indonesia, tiga perempuan muda dari berbagai latar belakang berbeda, Nesia Ardi, Nanin Wardhan…
Yon dan Koes Plus meninggalkan segudang warisan bagi generasi setelah mereka. Semasa jayanya, Koes Plus merupakan grup yang sangat…
Bukan hal mudah menentukan siapa yang terbaik pada tahun ini, untuk itu kami juga menyertakan parameter-parameter lain, salah satu…
Bukan hal mudah bagi sekelompok anak muda yang bekerja 'gila' dan mandiri dalam menyelamatkan legalisasi musik lawas Indon…
Rich Chigga jadi salah satu yang paling membanggakan dari kancah ini.
Jaringan ini bisa saja kering sehingga menggerogoti jaringan yang melapisi perut, lalu menyebabkan m…
Maag merupakan gejala penyakit yang menyerang lambung akibat luka atau peradangan.
Vicky sangat menyadari siapa dirinya dan bagaimana masyarakat menilainya. Tapi, dia tidak ambil pusing. Vicky yang kita lihat di t…
"Keroncong jangan sampai mati." Kalimat itu selalu Gesang ucapkan setiap kali bertemu Djakawinata Susilo, Direktur Gema Nada Perti…
Eross menyadari bahwa lagu-lagu dengan lirik sosok inferior tidak berbanding lurus pada efek yang dirasakan pendengarnya. Justru l…
Usia Jeane Phialsa baru 24 tahun. Di usia semuda itu, drummer yang kerap disapa Alsa ini sudah mengiringi banyak musisi besar di I…
Saat ini, Rafi berusia 21 tahun. Dia sudah aktif bermusik sekitar umur 7 tahun. Titel “anak ajaib” pernah disandangnya…
Bermusik, berkarya dan berkesenian menjadi pengisi waktu Mohammad Istiqamah Djamad setelah lepas dari band Payung Teduh.
Belum lama ini, Medcom.id mendapat kesempatan untuk ngobrol dengan Ananda Sukarlan terkait pandangannya mengenai informasi di era …
Ada yang setuju ponsel dilarang digunakan saat konser, tapi ada juga yang memaklumi penggunaan ponsel karena untuk mengabadikan mo…
Jauh sebelum Yockie, personel Koes Plus, Yon Koeswoyo semasa hidupnya pernah mengalami fase yang sama. Yon kesulitan membayar peng…
Selama 22 tahun berkarya, Sheila On 7 bukan saja matang secara musikalitas, namun juga secara mental sebagai sebuah grup musik.
Novanto meminta dirujuk ke RSPAD lantaran sulit bernapas.