Sisa kehancuran akibat banjir di Libya. Foto: Associated Press
Derna: Ribuan orang masih hilang saat tim penyelamat berjuang untuk mencapai Derna, Libya. Ini adalah kota yang paling parah dilanda banjir yang terjadi pada Minggu 10 September 2023 oleh Badai Daniel.
Penduduk kota Derna di Libya yang hancur, mati-matian mencari kerabat mereka yang hilang ketika petugas penyelamat meminta lebih banyak kantong jenazah, setelah bencana banjir yang menewaskan ribuan orang dan menghanyutkan banyak orang ke laut.
Sebagian besar kota di kawasan Mediterania itu tersapu oleh semburan air yang dihasilkan oleh badai dahsyat yang menyapu dasar sungai yang biasanya kering pada Minggu malam, sehingga membobol bendungan di atas kota tersebut. Gedung-gedung bertingkat runtuh dan keluarga-keluarga sedang tidur di dalamnya.
Juru bicara kementerian dalam negeri Letnan Tarek al-Kharraz pada hari Rabu mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa sejauh ini 3.840 kematian telah tercatat di kota Mediterania, termasuk 3.190 orang yang telah dikuburkan. Di antara mereka terdapat sedikitnya 400 orang asing, kebanyakan dari Sudan dan Mesir.
Sementara itu, Hichem Abu Chkiouat, menteri penerbangan sipil di pemerintahan yang memerintah Libya timur mengatakan bahwa sejauh ini telah dihitung lebih dari 5.300 orang tewas. Chkiouat mengatakan jumlah tersebut kemungkinan akan meningkat secara signifikan dan bahkan mungkin dua kali lipat.
Wali Kota Derna Abdulmenam al-Ghaithi mengatakan kepada televisi Al Arabiya bahwa perkiraan jumlah kematian di kota itu bisa mencapai antara 18.000 hingga 20.000 berdasarkan jumlah distrik yang hancur akibat banjir.
Sedangkan warga Derna, Mahmud Abdulkarim mengatakan, kepada jurnalis Moutaz Ali di Tripoli bahwa dia kehilangan ibu dan saudara laki-lakinya, setelah gagal mengungsi tepat waktu dari apartemen lantai pertama mereka menyusul runtuhnya bendungan.
“Dia menolak meninggalkan tempatnya tidak membayangkan situasinya akan mengerikan dan mengatakan kepadanya (Abdulkarim) bahwa itu hanya hujan biasa,” lapor Ali, dari sebuah acara yang diselenggarakan untuk komunitas Derwani di Tripoli.
Menurut Abdulkarim, ketika ibu dan saudara laki-lakinya akhirnya memutuskan untuk meninggalkan apartemen mereka, mereka tersapu air banjir begitu sampai di jalan untuk mengungsi.
Mabrooka Elmesmary, seorang jurnalis yang berhasil meninggalkan Derna pada hari Selasa, menggambarkan kota itu sebagai “bencana dalam skala besar”. “Tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada bensin. Kota ini rata dengan tanah,” ujar Elmesmary kepada Al Jazeera.
Gedung apartemen dengan keluarga di dalamnya tersapu, katanya. “Ada gelombang pengungsian ketika orang-orang berusaha melarikan diri dari Derna namun banyak yang terjebak karena banyak jalan yang diblokir atau hilang,” kata Elmesmary, seraya menambahkan bahwa beberapa keluarga telah berlindung di sekolah.
Para pejabat menyebutkan jumlah orang hilang sebanyak 10.000 orang. Badan bantuan PBB OCHA mengatakan jumlah korban setidaknya mencapai 5.000 orang.
Pantai dipenuhi dengan pakaian, mainan, perabotan, sepatu, dan harta benda lainnya yang tersapu arus deras dari rumah-rumah.
Jalanan tertutup lumpur tebal dan dipenuhi pepohonan tumbang serta ratusan mobil rusak, banyak yang terbalik atau terjatuh ke atap. Satu mobil terjepit di balkon lantai dua sebuah bangunan yang hancur.
Kerusakan terlihat jelas dari titik-titik tinggi di atas Derna, di mana pusat kota yang padat penduduk, yang dibangun di sepanjang dasar sungai musiman, kini berupa tanah datar berbentuk bulan sabit dengan hamparan air berlumpur yang berkilauan di bawah sinar matahari. Tampak seperti terlihat sisa bangunan-bangunan yang tersapu banjir bandang.