Para demonstran iklim di New York, AS, 17 September 2023, menuntut diakhirinya penggunaan bahan bakar fosil. (AP/Bryan Woolston)
New York: Puluhan ribu orang turun ke jalanan kota New York, Amerika Serikat (AS) pada hari Minggu kemarin, dalam menyerukan peningkatan tindakan melawan perubahan iklim menjelang pembukaan Sidang Majelis Umum PBB.
Menempati beberapa blok kota New York, pengunjuk rasa dari sekitar 700 organisasi dan kelompok aktivis iklim membawa poster bertuliskan "Biden, akhiri bahan bakar fosil," "bahan bakar fosil membunuh kita," dan "Saya tidak memilih kebakaran dan banjir."
Presiden AS Joe Biden termasuk di antara para pemimpin dunia yang akan menghadiri Sidang Majelis Umum PBB (UNGA), yang dijadwalkan dibuka secara resmi pada hari Selasa mendatang.
"Kami di sini untuk menuntut pemerintah mengumumkan darurat iklim," kata Analilia Mejia, direktur kelompok aktivis Center for Popular Democracy.
"Kita harus bangun dan segera mengambil tindakan," katanya, mengutip dari laman Malay Mail, Senin, 18 September 2023.
Laporan iklim PBB yang dirilis bulan ini menyebutkan tahun 2025 sebagai batas waktu puncak emisi gas rumah kaca global – yang diikuti penurunan tajam setelahnya – jika umat manusia ingin membatasi pemanasan global sesuai target Perjanjian Paris.
Nol Karbon
Perjanjian Paris tahun 2015 telah berhasil mendorong aksi iklim, namun "saat ini diperlukan lebih banyak tindakan di semua lini," kata laporan tersebut, yang akan mendukung pertemuan puncak iklim penting di Dubai di akhir 2023.
Untuk mencapai
emisi nol karbon pada 2050 – salah satu tujuan Perjanjian Paris – juga memerlukan penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap yang emisinya tidak dapat ditangkap atau dikompensasikan.
Mejia, 46, menyebut peristiwa cuaca ekstrem baru-baru ini – mulai dari kebakaran di Kanada, Hawaii, dan Yunani hingga banjir di Libya – menunjukkan betapa seriusnya "krisis eksistensial" yang ditimbulkan perubahan iklim.
Aktivis lainnya, Nalleli Cobo, 22, mengatakan kepada AFP bahwa ia ingin melihat para pemimpin politik "datang ke rumah saya" di negara bagian California, dan "menghabiskan malam dengan tinggal di sebelah sumur minyak dan gas."
Cobo, yang pernah bekerja dengan Greta Thunberg dari Swedia dalam kampanye iklim, menyalahkan "udara beracun" yang ia temui di rumahnya sebagai penyebab kanker ovarium yang dideritanya pada usia 19 tahun.
"Hidup kami dipertaruhkan," kata Cobo.