Startup pertanian Koltiva dikucuri pendanaan seri A. Foto: dok Koltiva.
Jakarta: Startup berkelanjutan di bidang pertanian dan pelacakan rantai pasokan, Koltiva, mengumpulkan pendanaan seri A yang dipimpin oleh AC Ventures. Deretan investor ternama lain seperti Silverstrand Capital, Planet Rise, Development Finance Asia, Blue 7, dan investor yang sudah ada, The Meloy Fund turut bergabung dalam putaran pendanaan ini.
Dengan bergabungnya AC Ventures, Koltiva akan menggunakan modal terbaru ini untuk mengembangkan perangkat lunak sebagai layanan (software-as-a-service, SaaS) serta solusi pertanian cerdas iklim ke lebih dari satu juta pertanian di seluruh dunia. Koltiva akan menggunakan modal segar ini agar memungkinkan perusahaan multinasional memiliki pelacakan rantai pasokan dari benih hingga ke tangan konsumen (from seed to table).
Startup ini menggabungkan solusi online dan offline untuk membantu perusahaan multinasional beserta pemasoknya dalam hal pelacakan rantai pasokan, dan telah melayani satu juta produsen hingga saat ini. Pasar manajemen rantai pasok global memiliki nilai sebesar USD27,2 miliar pada 2022, dan diproyeksikan akan mencapai USD75,6 miliar pada 2032. Angka tersebut terus bertumbuh dengan CAGR sebesar 10,9 persen hingga 2032.
Permintaan terhadap solusi bisnis yang dihadirkan Koltiva telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, antara lain lantaran dibentuknya persyaratan regulasi yang berorientasi pada ESG yang ketat dan harus dipatuhi oleh perusahaan. Sebagai contoh, regulasi EUDR baru menetapkan lebih dari 50 ribu bisnis yang menjual produk di pasar Uni Eropa harus bebas dari deforestasi.
Di sisi agriteknologi, Koltiva menghadirkan beberapa solusi, seperti pemetaan lahan dan profil produsen, ketertelusuran dari benih hingga ke tangan konsumen, hingga pelatihan dan bimbingan dengan para ahli lapangan dan dan agronom. Dari sisi iklim (climate), Koltiva tengah mengembangkan produk yang dapat membantu dalam pengukuran dan penilaian gas rumah kaca (greenhouse gas/GHG). Koltiva juga menghadirkan solusi dukungan pertanian berwawasan iklim, pemetaan penggunaan lahan, hingga peringatan risiko bagi klien mereka.
Baca juga: Indonesia Punya 2.600 Startup, Modal Indonesia Menjadi Negara Maju
Perangkat pelacak dari benih hingga ke tangan konsumen
Pengembangan perangkat lunak ini menyediakan pelacakan dari benih hingga ke tangan konsumen, perusahaan memastikan perjalanan produk pertanian dari bahan baku, menuju ke operasi
pertanian dan distribusi, hingga ke tangan konsumen dilakukan secara transparan. Inovasi ini membantu perusahaan multinasional dan perusahaan besar untuk dapat melacak asal-usul pasokan produk mereka yang sebagian besar berasal dari produsen kecil di Indonesia, dan negara-negara lain di mana Koltiva beroperasi.
Relevansi perusahaan ini semakin meningkat dengan adanya regulasi baru dan ketat seperti Peraturan Produk Bebas Deforestasi Uni Eropa (EUDR) yang diamanatkan oleh Dewan Uni Eropa. Peraturan ini mewajibkan perusahaan membuktikan ketiadaan deforestasi dalam produk mereka dan mematuhi standar hukum tertentu. Akibatnya, lebih dari 50 ribu perusahaan berbasis Uni Eropa sekarang wajib mematuhi regulasi ini, dan perusahaan non-UE yang terlibat secara signifikan dalam aktivitas di UE juga harus memastikan kepatuhan mereka. Solusi Koltiva sangat penting bagi industri seperti kakao, kopi, karet, dan minyak kelapa sawit.
Koltiva juga menawarkan aplikasi web dan
mobile yang komprehensif mengurus berbagai aktivitas pertanian, seperti pendaftaran produsen, survei, pemantauan transaksi pertanian, pemetaan deforestasi, hingga pengukuran emisi gas rumah kaca di perkebunan. Bisnis perseroan mengakar di Indonesia dan bekerja dengan produsen di 52 negara, serta hampir setengah dari mereka adalah petani kecil di Indonesia. Selebihnya tersebar di negara-negara, seperti Brasil, Tiongkok, Ivory Coast, dan lainnya.
"Lebih dari sekadar platform pelacakan, Koltiva menyediakan sistem pelacakan yang komprehensif dari benih hingga ke tangan konsumen. Kami membantu korporasi multinasional menavigasi secara bijak lanskap yang dinamis serta regulasi yang terus berkembang akan kepatuhan praktik pertanian berkelanjutan, serta meningkatkan kehidupan para petani dan produsen kecil. Bisnis kami bertujuan untuk membentuk ekosistem yang memberikan manfaat kepada merek global, serta turut meningkatkan dan memperbaiki kondisi penghidupan dan kesejahteraan dari tingkat paling dasar di proses rantai pasok," ujar Co-Founder & CEO Koltiva, Manfred Borer, dalam keterangan tertulis, Selasa, 19 September 2023.
Platform ini sudah memiliki lebih dari satu juta produsen dan 6.800 bisnis, sehingga menunjukkan adanya kebutuhan yang besar terhadap pelacakan rantai pasokan makanan inovatif, penawaran teknologi iklim, dan banyak lagi.
"Saat bisnis multinasional semakin menuju keberlanjutan, Koltiva yang berbasis di Indonesia siap menjadi pemain utama dalam memastikan rantai pasok yang transparan. Dengan meningkatkan kesejahteraan petani skala kecil di pasar negara berkembang, dan membantu mereka beradaptasi dengan perubahan iklim, Koltiva adalah bukti nyata tentang bagaimana teknologi modern dapat membentuk ulang industri konvensional, memberikan dampak global, dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan secara lingkungan untuk generasi mendatang," kata Managing Partner AC Ventures, Helen Wong.