Uni Eropa. Foto: Unsplash.
Madrid: Uni Eropa (UE) bisa bergantung pada Tiongkok untuk baterai lithium-ion dan sel bahan bakar pada 2030 seperti ketergantungan pada Rusia untuk energi sebelum perang di Ukraina.
Dokumen tersebut, yang diperoleh Reuters, akan menjadi dasar diskusi mengenai keamanan ekonomi Eropa pada pertemuan para pemimpin UE di Granada, Spanyol pada 5 Oktober 2023.
Khawatir dengan meningkatnya ketegasan global dan beban ekonomi Tiongkok, para pemimpin Uni Eropa akan membahas usulan Komisi Eropa untuk mengurangi risiko Eropa menjadi terlalu bergantung pada Tiongkok dan perlunya melakukan diversifikasi ke Afrika dan Amerika Latin.
Makalah tersebut mengatakan karena sifat sumber energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin yang bersifat intermiten, Eropa memerlukan cara untuk menyimpan energi guna mencapai target emisi karbon dioksida nol bersih pada 2050.
“Hal ini akan meroketkan permintaan kita terhadap baterai lithium-ion, sel bahan bakar, dan elektroliser, yang diperkirakan akan meningkat antara 10 dan 30 kali lipat dalam beberapa tahun mendatang,” tulis makalah yang disiapkan oleh kepresidenan Uni Eropa dikutip dari Channel News Asia, Senin, 18 September 2023.
Meskipun UE memiliki posisi yang kuat dalam tahap perantara dan perakitan pembuatan elektroliser, dengan lebih dari 50 persen pangsa pasar global, UE sangat bergantung pada Tiongkok untuk sel bahan bakar dan baterai lithium-ion yang penting untuk kendaraan listrik.
“Tanpa menerapkan langkah-langkah yang kuat, ekosistem energi Eropa bisa memiliki ketergantungan pada Tiongkok pada 2030 dengan sifat yang berbeda, namun dengan tingkat keparahan yang sama, dibandingkan dengan Rusia sebelum invasi ke Ukraina,” kata dia.
Ketergantungan ke Rusia
Menurut Komisi Uni Eropa, pada 2021, tahun sebelum invasi Rusia ke Ukraina, UE mengambil lebih dari 40 persen total konsumsi gasnya, 27 persen impor minyak, dan 46 persen impor batu bara dari Rusia.
Mengurangi pembelian energi dari Rusia menyebabkan guncangan harga energi di UE dan lonjakan inflasi konsumen, sehingga memaksa Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga secara tajam yang menghambat pertumbuhan ekonomi.
"Skenario serupa bisa terjadi di bidang teknologi digital. Perkiraan menunjukkan permintaan perangkat digital seperti sensor, drone, server data, peralatan penyimpanan, dan jaringan transmisi data akan meningkat tajam dalam dekade ini. Uni Eropa memiliki posisi yang relatif kuat dalam bidang-bidang tersebut, namun mereka menunjukkan kelemahan yang signifikan dalam bidang-bidang lain,” kata laporan itu.
Pada 2030, ketergantungan terhadap asing ini dapat secara serius menghambat peningkatan produktivitas yang sangat dibutuhkan oleh industri dan sektor jasa Eropa dan dapat menghambat modernisasi sistem pertanian yang penting untuk mengatasi perubahan iklim.